Langkah pertama yang dilakukan dalam Self publishing setelah memiliki naskah siap terbit adalah dengan menentukan penerbit buku yang sesuai untuk menerbitkan buku kita. Setiap penerbit buku memiliki ketentuan dalam penerbitan bukunya. Misalnya, penerbit buku A lebih terkonsentrasi kepada bukubuku berbau islami, maka jika ada naskah diluar jenis itu akan secara otomatis ditolak. Kita harus jeli terhadap kepada siapa naskah kita akan dikirim.Pastikan penerbit buku tersebut memiliki track record yang jelas agar penulis tidak menyesal nantinya. Terdapat beberapa tipe penerbitan yang nantinya bisa Anda pilih berdasarkan proses pencetakan bukunya. Beberapa tipe penerbitan yang bisa Anda pilih untuk menerbitkan buku Anda antara lain:
a. Penerbitan Mayor
Tipe penerbitan ini paling banyak dilakukan oleh penulis. Langkah pertama cara menerbitkan buku dengan cara ini adalah menyerahkan naskah dan melengkapi seluruh pesyaratannya kepada pihak penerbit. Selanjutnya, penulis bisa menunggu beberapa bulan untuk memperoleh jawaban dan kepastian dari penerbit. Dalam kurun waktu tertentu, Penulis menunggu keputusan apakah naskahnya layak terbit, tidak layak terbit atau perlu direvisi Kembali sebelum diterbitkan. Editor akan menentukan naskah yang benar-benar baik, bagus dan layak jual. Tidak heran jika banyak naskah yang mengalami atau dibiarkan tanpa dikonfirmasi Kembali kepada penulisnya.
Setiap penerbit tentunya memiliki waktu yang berbeda dalam meninjau naskah sebelum menyetujui penerbitan. Penulis yang naskahnya diterima dan layak terbit akan diajak bekerjasama dengan penerbit. Proses persetujuannya bisa dilakukan melalui editor sebagai penyunting naskah. Penulis yang bekerjasama dengan penerbit melalui editor akan menerima surat perjanjian kerjasama. Terdapat beberapa hal yang dibahas dalam perjanjian, meliputi proses penerbitan dan hasil yang akan diterima (royalty), terdapat dua sistem setelah naskah final dan memasuki proses percetakan.
b. Penerbitan Self Publishing
Tipe penerbitan yang kedua ini juga tidak kalah menguntungkannya. Penulis buku bisa menerbitkan dan melakukan launching bukunya sendiri. Keuntungan yang diperoleh penulis bisa mencapai tiga kali lipat atau lebih dari harga bukunya. Penulis bisa melakukan direct selling dan tidak menggunakan jasa distributor untuk memasok bukunya ke toko-toko buku. Penerbitan tipe ini bukan berarti tidak memiliki kerugian. Penulis pun bisa menemui banyak kendala dalam proses penerbitan bukunya. Ia perlu memiliki modal awal untuk mencetak bukunya sendiri.
Hal ini juga perlu mempertimbangkan jumlah buku yang akan dicetak. Biasanya semakin banyak buku yang dicetak, semakin murah harga cetaknya. Modal yang besar tentu harus diimbangi dengan promosi yang gencar. Jika penulis tidak bisa memasarkan dengan baik bukunya, bisa jadi karyanya tidak laku terjual dan hanya dibagikan secara cuma-cuma. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penulis ketika ia harus meyakinkan orang lain bahwa karyanya menarik dan penting untuk diketahui.
c. Penerbitan Print on Demand (PoD)
Penerbitan tipe ketiga ini melibatkan penulis untuk lebih banyak bekerjasama dengan penerbit buku dalam proses penerbitan. Di sini penulis akan turut menanggung biaya cetak buku dan berkesempatan menjual bukunya sendiri. Di samping itu, penulis juga bisa mendapatkan royalti dari penjualan bukunya yang dilakukan oleh penerbit. Penulis yang telah memiliki pasarnya sendiri bisa mencoba tipe penerbitan ini. Biasanya, penulis buku yang bisa melakukan cara ini adalah pembicara seminar, guru, dosen, dan sebagainya. Penerbit pun juga pasti sangat membuka diri untuk bekerjasama dengan penulis yang ingin menerbitkan buku dengan cara tersebut.
Adapun sistem ini dalam penerbitan buku adalah semi self-publishing. Istilah itu digunakan bagi penerbit buku yang menggunakan sistem penerbitan secara independen. Dalam PoD, buku akan diterbitkan sesuai kebutuhan penulis saja. Jika penulis hanya membutuhkan 50 eksemplar, maka jadilah 50 eksemplar. Biasanya dalam sistem ini penulis hanya perlu membayar tiap eksemplarnya berkisar dari harga Rp 30.000,- hingga dua kali lipatnya tergantung tebal buku, kualitas kertas, cover, dan segala hal yang bersangkutan dengan percetakan tergantung dari pesanan penulis. Hingga pada akhirnya, penulis dapat menjualnya dengan harga yang penulis inginkan sendiri. Sistem ini cukup menguntungkan bagi penulis. Menilai kualitas buku berarti menilai kualitas isi tulisan penulis, bukan menilai penerbit buku yang mencetak atau menerbitkan tulisannya.
Berawal dari statement tersebut, seorang penulis dapat berpikir bahwa karyanya tidak harus diterbitkan oleh penerbit buku mayor. Penulis buku bisa menerbitkan bukunya melalui penerbit lain dengan sistem print on demand atau self publishing. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan agar ia tidak bergantung pada penerbit yang namanya sudah “besar” saja. Bergantung pada penerbit mayor bukanlah pandangan yang tepat. Penulis bisa saja tidak mendapatkan keuntungan ketika ia terlalu bergantung pada penerbit buku mayor. Dengan menggunakan print on demand, akan lebih banyak keuntungan yang penulis dapatkan, diantaranya:
Dengan menyimak ulasan di atas, tentunya penulis dapat mempertimbangkan kembali sistem print on demand untuk menerbitkan tulisannya. Ada banyak penerbit buku yang bisa membantunya menerbitkan dengan cara tersebut. Penulis yang memilih penerbit dengan layanan seperti itu dapat menyewa freelance editor untuk menyunting tulisannya serta desainer grafis untuk merancang sampul bukunya.
2. Mempertimbangkan Jumlah dan Durasi Produksi
Jumlah cetak buku perlu pertimbangan, karena jumlah cetak nantinya akan berpengaruh terhadap:
3. Menentukan Harga
Setelah naskah dicetak, maka langkah selanjutnya adalah menentukan harga buku. Untuk menentukan harga buku perlu analisa dan perhitungan. Sebagai self publishing, bukan berarti memberikan harga buku dengan harga terlalu murah. Beberapa cara untuk menentukan harga, yaitu dengan cara survei pasar dan menganalisa pasar.
A. Survei Pasar
Setidaknya dengan lelalui survei akan mengetahui harga pasar yang sebenarnya, catat daftar harga buku dan membandingkan antara satu dengan lainnya dengan spesifikasi yang sama, kemudian dibuat harga rata-rata per bukunya.
B. Menganalisis Pasar
Analisa pasar penting dilakukan. Hal ini befungsi untuk melihat agar pemetaan dan probabilitas berjalan dengan lancar. Dapat juga memilih lokasi yang strategis, sasaran yang tepat dan promosi yang memadai. Keuntungan melakukan analisa pasar ini bertujuan untuk membantu menetapkan standard usaha yang ingin diraih. Dengan kata lain, membuat gambaran secara rinci dan jelas akan membantu dalam mempersiapkan segala sesuatunya. Sehingga mampu meminimalisir terjadinya kerugian.
C. Distribusi Buku
Sarana untuk memasarkan buku, selain menggunakan sosial media dan internet, dapat juga dilakukan dengan sistim distributor. Di mana penerbit bisa bekerjasama dengan distributor buku untuk memasarkan buku-buku yang sudah diterbitkan. Selain distributor, pemasaran bisa dengan sistim titip buku ke toko-toko buku.
